Persimpangan Manifesto Gerakan Mahasiswa dan Potensi Sosial
“Mahasiswa”, sebuah kata yang mungkin untuk beberapa orang adlah cerminan nilai intelektualitas. Ada juga yang berfikir kata “Mahasiswa” adalah sebuah tembok keangkuhan hasil dari sebuah keterbatasan yang tidak bisa ditembus dan dekat sedikit kepalsuan juga bisa berarti kaum hedonis.
Namun kata “mahasiswa” sesungguhnya adalah subjek yang saat ini dapat menikmati madunya pendidikan tinggi dinegeri ini. Mahasiswa saat ini adalah entitas yang terdidik dan menjadi sebuah harapan bagi negeri ini kedepanya.
Mahasiswa berorientasi idealis dan berorientasi kepada kebenaran, karena orientasinya inilah mahasiswa dikatakan sebagai cendekiawan. Mereka mempertanyakan sebuah kebenaran dijamanya, mereka mencari kebenaran yang lebih tinggi dan lebih luas. karena Siapa lagi yang akan berfikir idealis ketika para “orang tua” mereka saat ini menjadi pemimpin lebih dekat kepada nilai-nilai pragmatis. Bukan mereka tidak mengenal kata idealis, mungkin dahulu mereka pun idealis. Namun saat ini 1 kata itu hilang tak berbekas dalam hati dan fikiran pemimpin saat ini.
Karena tanggung jawab yang terpikul di tiap rajutan
benang almamater mahasiswa, mereka merupakan pengontrol dari perilaku-perilaku menyimpang pemerintah dalam menyelenggarakan negara sebagai alat melindungi rakyat.Kedekatan mahasiswa dengan rakyat memang karena persaan mereka --yang juga sebagai rakyat-- bahwa segala ketidak adilan, ketimpangan, dan pembodohan adalah hal yang harus dilawan.Krisisekonomi,
politik, timpangnya penegakan hukum, diskriminasi pendidikan, pengangguran, kemiskinan, keamanan,kekerasan, pertumpahandarah, pemecah-belahan, dan di atassemuaitu,
krisis akhlak bangsa adalah kejahatan yang tidak bisa dibiarkan mengganggu tidur para kaum sendal jepit. Perasaanmerekamasihdianggap murni pro rakyat dan tanpa kepentingan-kepentingan lain.
Kita melihat bahwa banyak perubahan sosial di kolong langit ini juga karena perlawanan mahasiswa. Kejatuhan rezim soeharto mungkin yang saat ini masih membekas dan menjadi sebuah ektase gerakan mahasiswa dewasa ini di pelopori oleh agen-agen perubahan ini. Mahasiswa masih dianggap sebagai perpanjangan lidah dari rakyat yang lirih menyuarakan keadilan.
Potensi sosial, politik dan intelektual
Masa inkubasi mahasiswa di kampus merupakan masa penempaan diri dalam merubah pikiran, sikap, dan persepsi mahasiswa dalam merumuskan kembali masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya dan memberikan solusi atas permasalahan yang ada.
Walaupun disisi lain tetap ada “apatisan” gerakan mahasiwa yang belum menyadari hakikat perjuangan. Terlalu sayang menghabiskan waktu di kampus hanya untuk menjadi seorang kutu buku tanpa terlibat aktif dalam kehidupan sosial dan politik yang terjadi di negeri ini.
hari ini bisa di bilang Gerakan mahasiwaindonesia impotensi, miskin akan pemikiran intelektual dan aksi-aksi nyata yang sifatnya langsung bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.Di persimpangan jalan manifesto gerakan mahasiswa hari ini, wajib kiranya untuk menafsirkan ulang arah gerakan yang cocok dan aktual hari ini.
Sesungguhnya mahasiswa memiliki beberapa potensi yang mengalir dalam tiap sel darah merahnya, yang pertama adalah potensi politik, potensi akademik dan intelektual dan potensi sosial. Ketiga hal tersebut adalah dasar potensi mahasiswa yang menjadi nilai tawar mahasiswa dan arah gerakan mahasiswa yang ketiganya harus paripurna.
Namun saya ingin mencoba menggali nilai tawar mahasiswa tersebut dari potensi sosialnya. Karena dalam menjalankan peranya semstinya mahasiswa tidak hanya piawai bermain dalam tataran elite politik. Mahasiswa juga harus terjun langsung kepada masyarakat sebagai entitas yang konon mereka bela.
Gerakan mahasiswa harus lebih mengacu padaPemberdayaan masyarakat yang merupakan keniscayaan dan sebuah kewajiban mahasiswa dimana segala pemikiran dan praksisnya langsung menyentuh kepada masyarakat. Artinya dengan segala potensi yang dimiliki mahasiswa bisa langsung diterapkan untuk kemaslahatan masyarakat. Pembentukan kelompok kelompok masyarakat binaan yang di bina dari segala aspek merupakan contoh kecilyang konkrit dari konsep pemberdayaan masyarakat yang juga termaktub dalam tridharma perguruan tinggi.
Aksi aksi sosial seperti demonstrasi sebagai model ekspresi kritik sosial terhadap kebijakan—yang dirasa tidak berpihak kepada rakyat- dijalan juga tetap penting dilaksanakan. Namun konsep konsep gagasan yang sistematis guna mempengaruhi kebijakan kebijakan pemerintah juga lebih penting. Inilah yang saat ini hilang dari tengah-tengah mahasiswa yang mencoba mencari jati diri gerakanya.
Oleh karena itu gerakan kaum-kaum muda saat ini tidak hanya sebatas mengkritisi kebijakan publik yang tidak pro rakyat, melainkan juga melahirkan gagasan dan konsep yang nantinya dapat menjadi sebuah pemecah masalah (problem solving) untuk berbagai macam permasalan di negeri ini. Namun Proses pemberdayaan masyarakat bukan hanya dilakukan melalui kegiatan teknis saja, melainkan masyarakat menjadi paham dan peduli tentang kesejahteraan masyarakat yang memang menjadi hak tiap warga negara.
Gerakan mahasiswa harus tetap menjadi gerakan moral dan gerakan intelektual-- yang menyuarakan kebenaran--dimana keduanya mesti sinergis tanpa cacat salah satunya. Gerakan yang harus taktis dan strategis agar tidak dimanfaatkan oleh penjahat-penjahat berdasi yang berkedok pahlawan pembela rakyat.
Oleh : Eko Haryanto
*kepala departemen kaderisasi KAMMI UNJ 2013-2014
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
0 komentar:
Posting Komentar