Dagelan busuk dari negeri durjana
banyak manusia bicara arti kebenaran
padahal sebenarnya mereka hidup dalam ilusi kebusukan
banyak manusia pintar memberikan pencerdasan
padahal isinya hanyalah bualan tanpa faedah
banyak manusia gemar menolong
padahal isinya hanya pencitraaan
banyak manusia suka bekerja
padahal hanya ingin disembah dan dipuji
dan banyak pula manusia yang suka perbedaan
padahal hanya ingin membela kepentingan kaum pesakitan
inilah realita dinegeri antah berantah
yang katanya subur dan makmur
ya memang benar...
subur perutnya ,makmur hartanya
karena tipu-tipu dan jual kehormatan...
semua ingin tampil,semua ingin terkenal
berlomba-lomba menjadi seorang santo
suci tanpa dosa
oleh : Dewan (humas gerakan)
Menjadi Gelas-Gelas: Gelas Penuh dan Gelas Kosong
Gelas, bukanlah benda yang asing bagi kita. Kita tahu bentuknya, macamnya, bahannya, fungsinya, bahkan tempat dimana ia selalu berada. Kita sudah hafal betul dimana harus mencari ketika membutuhkannya. Benda yang seringkali bersanding dengan piring dan sendok makan kita. Mudah sekali untuk menjumpainya; di meja makan kita, penjaja minuman pinggir jalan, warung-warung kopi, restoran, kafe, hatta restoran mewah sekalipun. Semua lapisan masyarakat memilikinya. Gelas berada dimana-mana
.
Karena gelas kehidupan menjadi begitu nyaman. Karenanya mudahlah urusan air yang me
njadi sumber kehidupan masuk ke tiap-tiap tulang, daging dan persendian. Berkat gelas kita nyaman saja ingin minum, nanti atau segera dihabiskan. Akibat gelas juga kita betah berlama-lama bercengkrama; segelas teh atau kopi menjadi penikmat suasana. Sekedar bersulang, bergurau dan bercanda ria, gelas menjadi teman bahagia. Gelas-gelas yang cantik pun boleh dipajang dijadikan hiasan. Ah gelas, tanpamu kami merana.
Begitulah darinya kita belajar. Untuk aku, kamu, dan kita semua yang begitu semangat dalam dakwah, dan mereka yang hendak mewakafkan dirinya untuk jalan rahmah. Sesederhana gelas namun begitu bermakna dan bermanfaat. Seperti gelas yang mudah ditemui, pejuang dakwah pun seperti itu. Mudah dijumpai kawan dimana saja, kapan saja. Menyentuh seluruh lapis-lapis masyarakat; miskin-kaya, muda-tua, rakyat biasa, pejabat, mahasiswa, sipil, militer, tingkat RT hatta tingkat dunia.
Gelas kosong maupun penuh, selalu ada kebermanfaatan dikeduanya. Gelas yang penuh selalu siap disajikan untuk penikmatnya. Kapanpun dan dimanapun, gelas penuh selalu siap maju lebih dahulu melayani tetamu. Gelas penuh tentu lebih mampu mengambil hati para tamu dibanding setengah penuh, apalagi kosong. Jika gelas tersaji penuh, bercengkrama, berdiskusi lama-lama pun tak terasa jenuh.
Bagaimana dengan gelas yang kosong? Asalkan ia tak terlalu sombong gelas kosong sangatlah menolong. Gelas kosong dapat menemani gelas penuh asalkan ia mau terisi. Jika ada tamu baru yang belum kebagian saji, gelas-gelas kosong siap terisi dan mewarisi. Mewarisi air yang sama dengan gelas penuh atau jika mau bisa dengan lain versi. Gelas kosong harus siap mengganti dan mewarisi.
Sungguh orang-orang yang bertaqwa mendapatkan kemenangan. Kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis cantik yang sebaya, dan gelas-gelas penuh (beiris minuman). (An Naba: 31-35)
Rasulullah SAW, adalah gelas penuh bagi tetamu dunia ini yang tak akan habis tersaji. Tersebab Allah terus tuangkan keilmuan yang senantiasa mengalir pada baginda. Sahabat, Tabi’in dan para ulama adalah gelas-gelas kosong disekitarnya yang senantiasa menampung apa yang meluap dari baginda. Hingga mereka pun menjadi penuh dan meluber dan ditampung kembali oleh gelas-gelas kosong berikutnya.
Kita sebagai gelas-gelas kosong baiknya tidak sungkan untuk mendekati mereka. Jika-jika saja mereka sedang meluberkan isinya, segera kita dapat menampungnya. Sekedar untuk dapat kita nikmati ataupun kita bagi kembali kepada kawan. Bagi gelas-gelas kosong hendaknya tidaklah memiliki sifat sombong kecuali jika ingin tetap menjadi gelas kosong. Dan.. bukankah gelas yang nyaring berbunyi hanyalah gelas kosong, kan?
oleh Suandri Ansah ( departemen kaderisasi )
Budaya Gotong Royong, Budaya Santun Negeriku Indonesia
Indonesiaku terdiri dari beribu-ribu pulau dari Sabang hingga Merauke yang memiliki keanekaragaman budaya, kesenian, suku, tarian adat, rumah adat hingga pakaian adat yang memiiki ciri khas tersendiri dari masing-masing suku di Indonesia. Indonesiaku negeri yang subur, segala jenis tanaman tumbuh di tanah Indonesiaku, hamparan sawah terbentang luas, perkebunan teh, kopi, kelapa sawit dan lainnya terhampar di tanah subur Indonesia. Gunung-gunung yang kokoh serta keindahan lautnya membuat siapa saja yang melihatnya terpesona akan keindahan alam zamrud khatulistiwa. Lihat saja salah satu contoh budaya yang ada pada salah satu suku di Indonesia misalnya suku sunda, dari pakaian adatnya, rumah adatnya, tari adat, alat musiknya sangat beragam dan berciri khas bahkan masakan/makanan khasnya pun sangat bervariasi. Banyaknya suku di Indonesia seperti suku jawa, suku sunda, suku betawi, suku batak, suku bali dan suku-suku lainnya menambah pesona pada keanekaragaman suku dan budaya Indonesia.
Ada
satu hal yang menarik tentang budaya masyarakat Indonesia, selain di
kenal sebagai bangsa yang ramah menurut kacamata pribadi saya dan
mungkin bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa masyarakat Indonesia pun
di kenal sebagai masyarakat yang suka bergotong royong. Coba kita tengok
ke pelosok-pelosok pedesaan di Indonesia, budaya gotong royong bahkan
sudah mendarah daging pada sebagian besar masyarakatnya. Jika kita
tengok ke belakang, kita akui atau tidak bahwa bangsa Indonesia dapat
melepaskan diri dari cengkraman penjajah adalah melalui gotong royong,
bagaimana tidak? rakyat Indonesia sudah sejak dulu mempraktekan budaya
gotong royong ini bahkan sebelum datangnya para penjajah ke Indonesia.
Bangsa Indonesia dapat berkembang menjadi bangsa yang besar melalui
semangat bergotong royong dari warganya sehingga budaya gotong royong
telah menjadi tradisi sebagai budaya warisan leluhur yang menjadi ciri
khas bangsa Indonesia.
Namun,
Saya sebagai mahasiswi sangat prihatin dengan derasnya arus modernisasi
dan globalisasi sehingga budaya gotong royong mulai memudar, lambat
laun tapi pasti masyarakat Indonesia mulai kehilangan kepribadiannya
sebagai bangsa yang kaya akan budaya yang salah satunya adalah budaya
gotong royong. Sebenarnya, budaya gotong royong bukan hanya ada pada
masyarakat pedesaan saja karena pada masyarakat perkotaan pun dapat kita
jumpai, contoh kecilnya yaitu kerja bakti membersihkan selokan di
sekitar komplek perumahan, membuat kerajinan dari sampah-sampah plastik
yang masih bermanfaat juga bernilai ekonomis oleh para ibu-ibu di
sekitar perumahan dan lain sebagainya. Adapun contoh kecil budaya gotong
royong pada masyarakat pedesaan diantaranya yaitu dalam mengelola lahan
pertanian secara gotong royong karena memerlukan tenaga banyak orang
untuk mencangkul tanah, menanam benih, mengatur saluran air, memupuk
hingga masa panen tiba mereka memanennya secara bersama. Akan tetapi
sekali lagi, seiring perkembangan zaman yang makin modern membuat
kondisi masyarakat Indonesia pada saat ini cenderung Individualistis dan
Materialistis. Tak dapat kita pungkiri karena pada kenyatannya kondisi
sosial masyarakat perkotaan lebih bersifat Individualis yang terkadang
sama tetangga sebelah rumahnya pun tidak akrab, mungkin karena padatnya
aktivitas karir di luar rumah :p. Mereka pada umumnya memiliki pola
pikir materialis yang mengukur dan menilai segala sesuatu berdasarkan
nilai materi. Menurut saya, kondisi seperti ini terjadi karena sebagian
masyarakat Indonesia telah melupakan sejarahnya, padahal dalam catatan
sejarah bangsa Indonesia di kenal sebagai bangsa yang ramah dan suka
bergotong royong. naaah… padahal kan sejarah itu ada bukan untuk
dilupakan akan tetapi untuk kita ingat dan diambil pelajarannya dari
pendahulu-pendahulu kita supaya kita bisa menjadi penerus yang baik
dalam membangun kehidupan bangsa ini. :D
faedah gotong royong menurut saya yaitu “karena hal yang berat akan menjadi ringan jika dikerjakan bersama-sama”
hehe. Menurut Saya, gotong royong itu istilah kerennya mah yaitu ‘amal
jama’i (karena saya alumni Rohis :D) yaitu perbuatan/pekerjaan yang
dilakukan secara berjama’ah. Ada satu quote yang selalu teringat di
pikiran saya yaitu “selalu ada jalan bagi orang-orang yang berusaha membuat jalan, meski di depan ada jurang mereka akan buat jembatan”
makna
yang dapat Saya petik dari quote tersebut adalah, sesulit apapun
persoalan, pekerjaan yang tidak mungkin dapat terselesaikan,
sesungguhnya akan menjadi sangat mungkin terselesaikan jika dilakukan
secara gotong royong dibandingkan dengan melakukan sendirian. Intinya
jangan sampai menunggu jalan keluar itu datang akan tetapi
ciptakanlah jalan keluar itu dengan segera.. ya pastinya secara
berjama’ah (gotong royong). :D sungguh indah bukan, budaya gotong royong
masyarakat Indonesia yang harus kita lestarikan. Budaya gotong royong,
budaya santun negeriku Indonesia ^_^ yuk pemuda/i Indonesia kita bersatu
dan bergotong royong dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Hidup mahasiswa.. Hidup rakyat Indonesia!
Oleh : Anissa Mufida Fillah
Kembali Mengenal dan Mengimani Sifat-sifat Allah
Satu-satunya
hal yang harus dilihat ketika kita berani menyatakan bahwa “Allah Telah
Membusuk” adalah keimanan kita terhadap sifat-sifat Allah. Sudahkah kita
mengimani sifat-sifat Allah? Jika belum, izinkan saya untuk memaparkan apa itu
sifat-sifat Allah.
1.
WUJUD (ADA)
ALLAH
ada karena zat-Nya sendiri, bukan karena ada yang menciptakan atau membuatnya
jadi ada. Bukti keberadaan ALLAH bisa dilihat dari alam semesta yang Dia
ciptakan. Tidak usah terlalu jauh memaksakan diri harus melihat ALLAH dulu baru
bisa percaya. Jantung yang tak terlihat saja bisa kita percaya letaknya ada
dalam tubuh kita. Memang tidak terlihat, tapi kita bisa merasakannya. Jika
masih mengelak juga bahwa kita bisa melihat jantung kita sendiri bila ada yang
memotretnya dengan alat canggih, bagaimana dengan ALLAH? Berharap ada yang bisa
memotret ALLAH dan kita melihatnya? Berarti mari pertanyakan keimanan kita
terhadap sifat ALLAH Qiyamuhu Bi Nafsihi
(Berdiri sendiri tanpa bantuan apapun) yang akan kita bahas nanti. Pada
intinya, keimanan seseorang akan membuatnya dapat berpikir dengan akal sehat
bahwa alam semesta beserta isinya ada karna Allah yang menciptakannya.
Terkait
dengan hal ini Allah SWT berfirman :
“Dan dialah yang telah menciptakan bagi
kamu sekalian pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu
bersyukur. Da Dialah yang menciptakan serta mengembangbiakkan kamu di bumi ini
dan kepada-Nyalah kamu akan dihimpun. Dan Dialah yang menghidupkn dan mematikan
dan Dialah yang mengatur pertukaran malam da siang. Maka apakah kamu tidak
berfikir?” … (QS.Al Muminun :78-80)
2.
QIDAM (DAHULU / AWAL)
Sifat
ALLAH ini menandakan bahwa Dia sebagai Pencipta lebih dulu ada daripada semesta
alam dan isinya yang Dia ciptakan. ALLAH tidak mempunyai asal usul, sejarah,
proses permulaan, dll. Sebab, sesuatu yang berpermulaan adalah baru, dan
sesuatu yang baru itu namanya makhluk (yang diciptakan). ALLAH bukan mahluk
melainkan Khalik (Maha Pencipta). Oleh karena itu ALLAH wajib bersifat qidam
dan tidak mungkin keberadaannya didahului oleh makhluk-Nya.
Firman
Allah SWT :
“Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang
Zhahir dan yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu“ … (QS. Al-Hadid :3)
3.
BAQA (KEKAL)
ALLAH
bersifat kekal, abadi, permanen, tak tergantikan, dan tak berkesudahan. Bisa
dibayangkan bila ALLAH tidak kekal, berarti Dia memiliki keturunan yang akan
mewariskan ke-Tuhanannya ketika Dia binasa. Itu artinya, ALLAH tidak bersifat
Esa (Tunggal), yang akan kita bahas juga nanti. Itu juga berarti bentuk bumi
ini bisa diubah-ubah sesuai dengan masa jabatan Tuhan yang berbeda-beda. Tuhan
A membuat lingkaran, dan Tuhan B mungkin mengubahnya jadi bentuk persegi ketika
Tuhan A binasa. Nah, bagian ini berkaitan dengan topik populer kita bahwa
“ALLAH Membusuk” itu adalah salah. Jika Tuhannya saja membusuk, bagaimana
mungkin ciptaan-Nya sehat wal ‘afiat? Sedangkan kita semua tahu hukumnya bahwa
pencipta pasti lebih sempurna dari hasil ciptaannya. Itu tidak terbantahkan.
Maka, jika kita berpikir Tuhan itu membusuk, yang dipertanyakan adalah keimanan
kita dan akal sehat kita. Diletakkan dimana dan digunakan untuk apa dua hal
itu?
Firman
Allah SWT :
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa.
Dan tetap kekal Wajah Rabb-mu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan“ … (QS. Ar-Rahman :26-27)
4.
MUKHALAFATU LIL HAWADITS (BERBEDA DENGAN
CIPTAANNYA)
Sifat
ini menunjukkan bahwa ALLAH berbeda dengan hasil ciptaan-Nya. Seperti sifat
sebelumnya yang sudah kita bahas, bahwa pencipta tidak mungkin sama dengan
hasil ciptaannya.
Firman
Allah SWT :
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan
Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat“ … (QS. Asy-Syura :11)
5.
QIYAMUHU BINAFSIHI (BERDIRI SENDIRI)
ALLAH
itu berdiri dengan zat-Nya sendiri tanpa membutuhkan bantuan yang lain.
Maksudnya, keberadaan Allah SWT itu ada dengan sendirinya, tidak ada yang
mengadakan atau menciptakan. Begitu pula dengan cara ALLAH menciptakan sesuatu,
tidak butuh bantuan apapun dan siapapun. Lalu bagaimana dengan malaikat yang
memang membantu ALLAH? Ada yang menjaga bumi, menjaga langit, memegang ‘Arys
ALLAH, dll. Mungkin kata ‘membantu’ itu tidak tepat. Sejatinya, malaikat adalah
makhluk ALLAH yang ditugaskan untuk melakukan segala perintah-Nya. Apapun itu.
ketika malaikat Izrail mencabut nyawa manusia, bukan berarti ALLAH tidak bisa
turun langsung untuk mencabutnya, melainkan itu memang sudah tugas yang
ditetapkan oleh-Nya kepada Izrail. Izrail tidak akan dapat bergerak untuk
mencabut nyawa bila ALLAH tidak menggerakkannya. Malaikat Ridwan tidak akan
menjaga pintu surga bila ALLAH tidak memerintahkannya. Hal ini juga berkaitan
dengan sifat ALLAH Qudrat (berkuasa) yang akan kita bahas juga nanti.
Firman
Allah SWT :
“Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Yang
hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri.” (QS Ali Imran:2)
6.
WAHDANIYAH (ESA / TUNGGAL)
Sifat
ALLAH yang satu ini menandakan bahwa Dia tidak ada duanya. Mulai dari
keberadaan-Nya dan sifat-sifat-Nya, tidak ada yang menyamakan.
firman
ALLAH SWT:
”Katakanlah (Muhammad ). Dialah Tuhan Yang
Maha Esa . Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada_Nya segala sesuatu . dia
tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara
dengan Dia.” … (QS Al Ikhlas
:1-4)
7.
QUDRAT (BERKUASA) – KAUNUHU QADIRUN
Kekuasaan
ALLAH atas segala sesuatu itu mutlak, tidak ada batasnya dan tidak ada yang
membatasi, baik terhadap zat-Nya sendiri maupun terhadap makhluk-Nya. Berbeda
dengan kekuasaan manusia ada batasnya dan ada yang membatasi. Sifat ALLAH yang
satu ini juga menandakan bahwa Dia tidak membutuhkan bantuan apapun, sebab Dia
berkuasa.
Firman
ALLAH SWT :
“Sesungguhnya ALLAH berkuasa atas segala
sesuatu“ … (QS. Al-Baqarah
:20)
8.
IRADAT (BERKEHENDAK) – KAUNUHU MURIDUN
Tidak
ada satu hal pun yang bergerak dengan sendirinya. Segalanya ada yang mengatur,
ada yang menghendaki. Begitu pula dengan semua ciptaan ALLAH. Dia menciptakan
alam beserta isinya atas kehendak-Nya sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak
lain atau campur tangan dari siapa pun
Apapun yang ALLAH kehendaki pasti terjadi, begitu juga bila ALLAH tidak
kehendaki pasti tidak terjadi.
ALLAH
yang menakdirkan segala sesuatu. Bisa kita lihat contohnya pada percobaan bunuh
diri yang dilakukan banyak manusia. Alih-alih mati, jika memang bukan takdirnya
saat itu maka ia akan masuk rumah sakit akibat dari percobaan bunuh dirinya
itu. Ada yang patah tulang dan akhirnya menjalani sisa hidup dalam keadaan
cacat, ada pula yang keracunan.
ALLAH
SWT berfirman :
“Sesungguhnya perintah-Nya apabila dia
menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:”Jadilah”maka terjadilah” …. (QS. Yasin : 82)
9.
ILMU (MENGETAHUI) – KAUNUHU ‘ALIMUN
ALLAH
Maha Mengetahui segala sesuatu, meskipun pada hal yang tidak terlihat oleh
makhluk ciptaan-Nya. Hal ini karena ALLAH adalah pencipta, dan sebagai pencipta
pasti mengetahui segala sesuatu yang ada dan yang tidak ada pada hasil
ciptaannya.
Firman
ALLAH SWT :
”…..Allah SWT mengetahui apa yang ada
dilangit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” … (QS Al Hujurat:16)
10. HAYAT (HIDUP) – KAUNUHU
HAYYUN
Ini
sudah jelas bahwa ALLAH pasti hidup, ditandakan dengan Mahakarya-Nya pada
kehidupan alam semesta ini. ALLAH juga tidak mati. Kembali lagi bahwa ALLAH
bersifat Baqa (kekal).
Firman
ALLAH SWT :
”Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia yang
hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak
tidur” … (QS Al Baqarah:
255)
11.SAM’UN (MENDENGAR) –
KAUNUHU SAMI’UN
ALLAH
mendengar setiap suara yang ada di alam semesta ini. Tidak ada suara yang terlepas
dari pendengaran-Nya, walaupun suara itu lemah dan pelan. Seperti suara bisikan
hati dan jiwa manusia. Pendengaran ALLAH berbeda dengan pendengaran mahluk-Nya
karena tidak terhalang oleh suatu apapun.
Firman
ALLAH SWT:
”Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui” … (QS Al Maidah
:76)
12.BASHAR (MELIHAT) – KAUNUHU
BASHIRUN
Karena
status ALLAH sebagai pencipta, maka sudah jelas Dia Maha Melihat dan Maha
Mendengar. Penglihatan ALLAH ini bersifat mutlak, artinya tidak dibatasi oleh
jarak (jauh atau dekat) dan tidak dapat dihalangi oleh dinding (tipis atau
tebal).
Firman
Allah SWT:
”………Dan Allah maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.” … (al-Baqarah:
265)
13.KALAM (BERBICARA /
BERFIRMAN) – KAUNUHU MUTAKALLIMUN
Cara
berbicaranya ALLAH tentu beda dengan makhluk-Nya. Dia berbicara melalui kitab-Nya
yang diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya, yang kita sebut sebagai Firman
ALLAH.
Firman
ALLAH SWT:
”……. Dan Allah berkata kepada Musa dengan
satu perkataan yang jelas” (QS
AnNisa’ :164)
Sifat-sifat
ini semuanya berkaitan, saling berhubungan. Ibarat sebuah benda yang bergerak
pada suatu lingkaran, tidak pernah terputus, selalu terkait. Melalui
sifat-sifat ini, sudah jelas akan status ALLAH, yaitu satu-satunya Tuhan yang
tidak bisa ditambahkan, dikurangi, atau diubah zat-Nya tanpa sekehendak-Nya.
Mari kita perkuat keimanan kita dengan banyak beribadah dan merendahkan diri di
hadapan-Nya.
Wallahu
A’lam.
Oleh : Shofiy Yusro ( Departemen Keilmuan )
Langganan:
Postingan
(Atom)